Bantul (MTsN 7 Bantul) - Upacara bendera pagi
ini, Senin (24/11) yang di ikuti oleh seluruh civitas MTsN 7 Bantul begitu spesial, yang biasanya
setiap petugas upacara adalah siswa, pada momen hari guru Nasional ke-80 tahun
2025 ini, sebagai petugas upacara adalah sebagian bapak ibu guru. Untuk
pemimpin upacara adalah Juwarto, pembawa acara Nanik Inayah, pembaca UUD ‘45
Bulan Suci Indah Purnama Sasi, dirigent oleh Army Setyasih, pengibar bendera
merah putih adalah Bu Lisa, Bu Putri dan Bu Rara. Sementara itu, pembaca doa dipercayakan
kepada Pasiyamto, guru SKI MTsN 7 Bantul. Komandan pleton Pak Ery, Pak Faisal
dan Pak Galih, untuk Pembina upacara adalah Wartono, dengan asisten Yunia
Nur’aini. Dalam amanatnya Wartono membacakan pidato tertulis Menteri Agama RI Prof.
Dr. KH Nasaruddin Umar, MA.

Dalam sambutannya Menteri Agama RI kembali
mengungkap sejarah tentang konggres guru Indonesia pertama di Surakarta pada tanggal
24–25 November 1945, yang melahirkan persatuan guru Republik Indonesia,sejak
saat itu, semangat memajukan pendidikan tidak pernah berhenti. Sejarah dunia
mencatat, ketika bom atom di jatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam perang Dunia tahun 1942–1945
yang mengakibatkan Jepang menyerah kalah tanpa syarat kepada sekutu, satu
pertanyaan penting dari kaisar jepang kepada
menterinya adalah berapa guru yang masih ada? Ia yakin dari tangan guru guru
yang tersisa,akan lahir pemimpin pemimpin bangsa yang baru.
Ki Hajar dewantara salah tokoh pendidikan dan
juga pahlawan Nasional mengungkapkan bahwa pendidikan tidak hanya memenuhi otak
dengan ilmu pengetahuan tetapi juga di isi dengan karakter budi pekerti. Oleh
karena itu belajar dan mengajar tidak tersekat pada tempat dan waktu tertentu,
Ki Hajar dewantara mengatakan “Jadikan setiap tempat adalah sekolah dan setiap
orang adalah guru”. Momen hari guru Nasional ke–80 tahun 2025 mengambil tema ”Merawat
semesta dengan cinta”. Tema ini sejalan dengan Asta Cinta presiden dan asta
protas Menteri Agama, yang menekankan pentingnya ekoteologi dan kurikulum
berbasis cinta. Guru tidak hanya dituntut mengajarkan ilmu, tetapi juga
menumbuhkan kesadaran mencintai sesama dan menjaga lingkungan pendidikan yang
berlandaskan cinta akan melahirkan generasi yang berkarakter, welas asih, dan
bertanggung jawab terhadap kelestarian bumi.(khan)
Tidak ada komentar
Posting Komentar